Senin, 13 Maret 2017

Chamim Tohari, Pelatih Senior Cabor Atletik

Kini susah Cari Atlet Atletik, Kangen Kejayaan Jember

Usianya sudah tak muda lagi. Namun semangatnya untuk terus menggali dan mencari bakat-bakat atletik di Jember patut diacungi jempol. Bahkan, Chamim Tohari harus bekerja keras mencari bibit atlet karena bukan merupakan cabor digemari ana muda.

LINTANG ANIS BENA KINANTI, Jember

ATLETIK sepertinya memang bukan menjadi cabang olahraga yang digemari para remaja dan anak-anak saat ini. Sebagian besar pemuda lebih memilih cabor yang dinilai lebih eksklusif seperti bola basket, sepak bola, atau bola voli. Padahal sebenarnya dasar dari hampir seluruh olahraga semuanya bermuara di atletik.

Karena itulah Chamim Tohari tak pernah lelah mencari bibit-bibit baru dalam cabor atletik. Dirinya yakin berawal dari atletik, niscaya para atlet bisa menguasai dasar-dasar kekuatan fisik yang akan sangat bermanfaat di cabor lainnya.

Sejatinya atletik terdiri dari banyak nomor perlombaan. Mulai dari kategori lari, lompat, dan lempar. Nah, ketiganya sebenarnya bisa dijadikan dasar dan dikembangkan untuk cabor lainnya. "Misalnya sepak bola, pemainnya pasti harus punya kekuatan fisik khususnya lari," tutur Chamim.

Bagi pria kelahiran 12 Mei 1955 ini, atletik bisa disebut sebagai induk dari seluruh cabang olahraga. Dia tak pernah berhenti mengajak para remaja untuk mengikuti perlombaan atletik seperti lari, meskipun mereka bukan dari cabor atletik. "Dasarnya olahraga ada di atletik semua. Dari situ bisa berkembang menjadi kemampuan cabor lain," lanjutnya.


Namun sayangnya, minat para remaja untuk berpartisipasi pada kegiatan cabor atletik masih sangat rendah. Chamim mengaku saat ini sanga sulit mencari atlet yang mau berkiprah di cabor atletik dan menjadikannya sebagai cabor utama yang ditekuni. "Sekarang anak-anak menganggap atletik bukan merupakan olahraga yang keren seperti basket atau sepak bola," ucapnya dengan kecewa.

Salah satu alasannya, kata dia, yaitu latihan atletik yang dianggap monoton dan menjemukan. Memang, latihan atletik didominasi oleh pembentukan kekuatan fisik melalui lari. "Mungkin anak-anak bosan latihannya itu-itu saja," kata ayah dari dua orang putri itu.

Padahal kans perolehan gelar juara di cabor atletik jauh lebih besar dibandingkan cabor lainnya. Berbeda dengan olahraga tim yang hanya memperebutkan satu medali untuk satu tim, atlet atletik bisa memperebutkan madali untuk masing-masing 9individu. "Jadi medalinya perorangan, kesempatannya lebih besar untuk meraih medali," ujarnya.

Di era 1980-an, Cchamim termasuk salah satu pelatih yang kerap mencetak atlet atletik yang handal. Salah satunya Wiwik Salindri yang pernah bermain di SEA Games. Bahkan beberapa pelatih atletik Jember juga merupakan binaannya beberapa tahun lalu.

Bahkan, menurut Chamim, Jember dikenal sebagai salah satu lumbung atlet yang cukup dikenal di tingkat nasional. Tak sedikit atlet yang dikirim ke kejuaraan baik di tingkat provinsi, nasional, bahkan internasional. "Sekitar tahun 1970-1980 an itu yang paling banyak," imbuhnya.

Namun Chamim tak kehilangan harapan. Di usianya yang semakin senja, pria yang juga mengajar di SMA Bima Ambulu ini terus mencari bibit-bibit atlet untuk bisa membawa nama Jember di luar daerah. "Anak-anak dari cabor lain boleh iut lomba atletik, bahkan sejak dini untuk membentuk kekuatan  fisiknya," pungkasnya. (lin/ram)

Santap Latihan Keras Setiap Hari



AWALNYA,Chamim bukan berasal dari cabor atletik.Justru sebenarnya dia dikenal sebagai petinju.Pada masa mudanya,alumnus SMUA Surabaya Itu sempat meraih juara dua kejuaraan tinju tingkat provinsi di Surabaya."Tapi itu sudah lama sekali,"ujarnya sembari tertawa mengingat masa mudanya.

Kemudian ketika meniti pendidikan di sekolah olahraga di Surabaya,barulah Chamim mulai menekuni cabor atletik.Hampir semua nomor perlombaan dapat dia kuasai.Bahkan di usianya yang memasuki 61 tahun,fisiknya masih kuat jika ditantang untuk berlaga di lapangan.

Di Ambulu,Chamim mengajar olahraga di dua sekolah yaitu SMA Bima Ambulu dan SMP Islam Ambulu.Dari sanalah dirinya mencari dan membentuk bakat-bakat atletik sejak masih baru masuk sekolah.Hal tersebut menjadi sangat penting,karena sejatinya pembentukan bibit atlet harus dimulai sedini mungkin.

Sudah bukan jadi rahasia lagi bahwa kebanyakan atlet atletik yang mempunyai fisik yang kuat berasal dari kawasan penggiran. Seperti ambulu yang dikenal sebagailumbung sebagai pusat atlet jarak pendek dan lompat kalisat sebaga pusat atlet jarak menengah. "Kebanyakan atlet muncul bahkan berasal dari kalangan kurang mampu," ujarnya.

Dia sendiri tak tahu persis apa alasan fenomena tersebut di Jember. Dugaannya tak banyak anak-anak di kawasan kota yang mampu mengikuti sesi latihan atlet setiap hari. 'Latihannya keras dan hampir setiap hari. Apalagi menjelang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (popda) ini di Ambulu latihannya sehari bisa du kali," akunya.

Bagi suami dari Nanik Hanifah ini, latihan atletik membtuhkan ketelatenan dan penatarn berlanjut pada ank-anak sejak dini. karena itu dirinya rela mengahabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menjadikan atlet atletik benar-benar berjaya di nomor masing-masing. "Ya korban waktu, korban biaya, tetapi atletnya jadi," ujarnya.

Apalagi Jember sudah memiliki fasilitas atletik yang cukup memandai. Walaupun masi perlu rehabilitas di beberapa bagian, namun fasilitas ini dirasa cukup untuk sarana latihan. Apalagi penyelanggaraan Popda di Jember juga menjadi salah satu pemacu untuk pencarian dan pengembangan bibit atlet.

"Kita sudah punya lapangan salah satunya di Ambulu, jangan berhenti sampai disini saja. Persiapan dan latihan harus tetap digelar secara berkelanjutan mulai dari latihan hingga penyelenggaraan even atletik Harapannya,pemerintah daerah juga bisa menggelar even olahraga khususnya atletik di tingkat pelajar dan umum." teganya.

Sebab tanpa adanya latihan dan even, bukan tidak mungkin atlet-atlet potensial di Jember bisa menghilang satu persatu. 'kalau jarang latihan nanti bisa hilang. Atau mungkin ada atlet yang pindah ke luar daerah. Ini juga jadi kehilangan yang besar untu Jember ," pungkasnya.(lin/ram)


Tarik Atlet dari Cabor Lain


Bukan hanya satu atau dua kali pria berusia 61 tahun ini mengajak atlet yang menguasai cabor lainnya untuk juga berpartisipasi pada cabor atlentik. Lucunya, hanya dengan melihat, Chamin bisa mengetahui bahwa sesseorang bisa mendapat prestasi besar di atletik.


Hal tersebut di ungkapkan oleh Hani, putri pertamanya yang juga tengah meniti pendidikan seperti sang ayah. Hani sering sekali merasa heran karena setiap kali ayahnya menarik satu atlet untuk turun di cabor atletik, atlet tersebut pasti bisa mendapat gelar juara. "Kadang saya juga pengen tahu gimana caranya," selorohnya.
Seperti Dedi Arum, atlet lempar lembing yang mendapat medali emas di Popda Jawa Timur Pekan ini. Awalnya Dedi merupakan atlet bola voli, tetapi ditawari oleh Chamim untuk mencoba untuk turun di atletik. Hasilnya pun tak terduga. Dedi berhasil mengalahkan atlet-atlet terbaik dari berbagai daerah Jawa Timur dalam ajang yang berlangsung di Stadion Universitas Jember tersebut.

Hani pun kini tengah duduk di bangku perguruan tinggi yang sama dengan ayahnya bertahun-tahun silam. Dia juga menjadi salah satu panitia yang ikut membantu penyelenggaraan Popda cabor atletik. Menurutnya, Chamim merupakan sosok yang tegas dan berwibawa.

Setiap hari Chamim tak pernah absen latihan dan melatih atlet khususnya yang berdomisili di Ambulu. "Setiap hari pasti latihan, kata Bapak, ya berarti dia nggak mau jadi juara," tuturnya.

Mendengar pernyataan sang anak, Chamin hanya tertawa ketika ditanya bagaimana caranya dia menemukan bakat seorang atlet. Sebab sebenarnya caranya cukup mudah. "Ya kita lihat fisiknya," ujarnya.

Menurut pria yang sudah pensiun PNS di SDN Sumberejo 8, Ambulu itu, setiap atlet pasti punya kelebihan dan kekurangan. Berbekal ilmu yang dia dapatkan selama di pendidikan olahraga, ada kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk cabor atlet. "Kita misalkan ada atlet lari yang kuat berlari dalam jarak jauh, tetapi speednya kurang. Ya kita alihkan dia kenomor yang lain," terangnya.

Karena atletik merupakan dasar dari semua cabor, maka sebenarnya tak sulit untuk membentuk kemampuan dasar tersebut. Tanggal bagaimana atlet tersebut bersedia untuk fokus pada atletik dan mau berlatih dengan serius. "Latihan setiap hari, meskipun mungkin bosan karena latihannya itu-itu saja tapi sebenarnya itulah inti dari atletik," tandasnya. (lin/ram)


Sumber: Jawa Pos, Minggu 06 November 2016

1 komentar:

  1. Bapak tohari yang terhormat anak kami ingin menjadi seorabg atletik yg hebat,tapi g tau gimana cara menyalurkan hobix,karena di sekolahan gak pernah mengikuti event olah raga,anak kami minta dicarikan pelatih dan bisa mengikuti event event olahraga,minta saran dan bimbinganx

    BalasHapus